Pengalaman Menjadi Saksi Resepsi 1 Abad NU

Ang Rifkiyal

 

Senin pagi (6/2/23) saya berangkat ke Sidoarjo bersama beberapa nahdliyyin dari Bandung Barat untuk ngalap berkah menyaksikan resepsi Hari Lahir 1 Abad NU.

Selama perjalanan, saya merasakan kebahagiaan karena akan menyaksikan momen yang akan sangat langka terjadi. 

Di tol, setiap kali singgah di rest area, saya bisa menemukan euforia 1 Abad NU. Saya dan sahabat-sahabat dari Bandung Barat selalu menemukan rombongan-rombongan nahdliyyin lainnya yang juga akan berangkat menuju Sidoarjo. 

Bahkan ketika sudah memasuki Jawa Timur, setiap rest area isinya disesaki rombongan Nahdliyyin yang berangkat ke Sidoarjo.

Sangat luar biasa.

Puncaknya, ketika hendak keluar tol surabaya, butuh 2 jam bagi kami untuk mengantri karena terjadi kepadatan di pintu keluar tol, pedahal saat itu pukul 12.00 malam yang seharusnya lebih lenggang. Tidak bisa dibayangkan kondisi saat siang harinya.

***

Akhirnya saya dan rombongan baru tiba di wilayah Sidoarjo pukul 02.30 pagi.

Saat itu kami tidak langsung ke Stadion Glora Delta Sidoarjo yang menjadi tempat resepsi Harlah 1 Abad NU. Tapi kami mencari posko rombongan Ansor Jawa Barat untuk numpang istirahat dan mandi.

Kami sempat berhenti di depan Balai Desa Bluru Kidul untuk menanyakan lokasi yang kami cari. Disana kami malah disambut oleh penjaga Desa tersebut. Ternyata balai desa tersebut juga merupakan posko untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke Sidoarjo.

Berhubung kami sudah terlanjur disambut, apalagi balai desanya cukup nyaman dan strategis, akhirnya rombongan memutuskan untuk memilih singgah disana dan menjadikannya posko.

Di sana, kami disediakan tempat untuk tiduran dan selonjoran. Kami pun disuguhi makan dan minum. Beberapa diantara kami bahkan numpang mandi dan menyiapkan diri untuk langsung berangkat ke Stadion.

Rencananya saat itu, selepas shalat subuh kita langsung berangkat ke stadion dengan berjalan kaki. Sehingga tidak ada waktu untuk tidur.

***

Selepas shalat subuh, kita langsung bergegas menuju stadion. Barang-barang bawaan kita amankan di kendaraan. Sementara kita berangkat ke stadion hanya membawa barang seperlunya.

Jarak dari Balai Desa Bluru Kidul menuju Stadion Glora Delta kurang lebih 4 Km. Jika berjalan kaki, menurut Google Map akan menghabiskan waktu hampir 1 jam. Kami memilih jalan kaki karena mobil bus yang kami tumpangi tidak memungkinkan untuk dibawa ke area stadion yang menurut informasi sudah sangat macet. Tapi kami tetap semangat untuk berjalan kaki meskipun jaraknya cukup jauh.

Namun saat baru beberapa menit berjalan kaki, kira-kira 500 meter dari posko, kami dicegat oleh warga dan tokoh-tokoh setempat. Kami disuruh mampir untuk sarapan. Kami tidak diperkenankan berangkat menuju lokasi sebelum makan.

Akhirnya kami makan lagi. Kami disuguhi makanan ringan seperti singkong, pisang rebus, dan kopi.

Setelah itu, warga setempat pun menyiapkan kendaraan kecil berupa dolak untuk keberangkatan kita menuju stadion. Dan kita pun berangkat ke stadion menggunakan dolak.

Hanya saja, dolak yang kami tumpangi tersebut kemudian hanya mampu mengantar hingga sekitaran alun-alun Sidoarjo. Saat itu kerumunan sudah tidak memungkinkan kendaraan untuk masuk lebih dalam.

Dan kami pun tetap berjalan kaki.

Di tengah perjalanan rombongan mulai terpencar menjadi beberapa kelompok kecil karena berdesak-desakan. Saya sendiri saat itu tersisa bersama beberapa orang diantaranya Zaki, Ceceng, Omen dan Firman. Sedangkan yang lainnya entah kemana.

Setelah beberapa saat berjalan, kami terhenti karena macet oleh lautan manusia, bahkan mentok dan tidak bisa melanjutkan lagi untuk menerobos.

Kami memutuskan untuk putar balik, karena situasinya sudah cukup parah. Lautan manusia berdesak-desakan hingga membuat kami kesulitan untuk sekedar bernafas 

Kami putar balik dan mencari tempat yang lebih leluasa untuk dijadikan area stanby.

Saat itu, kami memilih untuk menggelar lapak di pinggir jalan, di bawah pohon rindang berdampingan dengan sungai, yang dimana di sebrangnya ada gedung kos-kosan Graha Sakinah. Setelah dicek di map, tempat yang kami pilih tersebut berjarak 1,3 Km dari Stadion Glora Delta.

Berhubung kami tidak membawa tikar, saat itu kami sempat-sempatnya minta tikar plastik ke rombongan ibu-ibu muslimat NU yang sudah menggelar lapak lebih dulu disana, dan alhamdulillah kami dikasih beberapa lembar.

Kami duduk bersama mereka. Dan setelah berkenalan, akhirnya kami tahu bahwa mereka rombongan muslimat NU dari Provinsi NTB dan muslimat NU dari Sulawesi Tenggara. Mereka berangkat dari daerahnya masing-masing menggunakan pesawat. Bahkan rombongan dari Sulawesi Utara, ternyata mereka harus 2 kali naik pesawat untuk dapat menuju Sidoarjo.

Saat itu kita hanya bisa menghabiskan waktu dengan ngobrol-ngobrol bersama nahdliyyin di sekitaran tempat duduk kita. Apalagi, ada rombongan dari PCNU Bogor yang juga ikut menggelar lapak di samping kita. Jadi obrolan kita pun agak nyambung ngaler-ngidul kesana kemari.

Kita tidak benar-benar tidak bisa fokus ke rangkaian acara pembukaan. Sebab meskipun ada layar di beberapa titik, namun di tempat kita melapak, layar tidak kelihatan, dan suaranya pun tidak terlalu jelas.

Belum lagi sinyal jaringan operator seluler saat itu down semua, membuat kita tidak bisa streaming dari layar hape. Saat itu, semua jaringan operator down, entah memang disengaja atau tidak, yang jelas semua orang kesulitan mendapatkan sinyal.

Setelah acara pembukaan bersama presiden selesai, arus manusia mulai berubah. Ada arus balik yang membuat orang-orang dari sekitar stadion mulai terurai untuk pulang  Kami mencoba bertahan di lapak kami, menunggu jalanan agak terbuka.

Setelah beberapa saat, akhirnya kami mencoba menerobos ke arah depan lagi. Saat itu, kami masih berambisi untuk dapat mencapai Stadion Glora Delta.

Dan akhirnya setelah berdesak-desakan, kami bisa berada di area stadion, bahkan masuk ke dalamnya.

Di area stadion, kami bertemu dengan beberapa sahabat yang sebelumnya terpencar. Kami bertemu sahabat Ramly, ada juga sahabat Lalan Banser Bandung Barat yang sedang bertugas bersama PW GP Ansor Jawa Barat.

Kami pun bertemu dengan pengurus Ansor Jawa Barat, Kang Edi Rusyandi yang datang bersama anak dan istri. Saya dan yang lainnya sempat ditraktir makan dan minum oleh kang Edi di rumah makan Makoya yang berada tepat di depan Stadion Glora Delta Sidoarjo.

Setelah ngobrol beberapa saat dengan Kang Edi, kami memutuskan untuk kembali pulang ke posko yang ada di Balai Desa Bluru Kidul. Saat itu, kami sudah ditunggu oleh rombongan Nahdliyyin Bandung Barat lainnya untuk bergegas pulang dengan berziarah terlebih dahulu ke Makam Sunan Ampel Surabaya dan ke Makam KH. Hasyim Asy'ari serta ke makam Gus Dur di Tebuireng Jombang.

(Bersambung)

Oleh: Ang Rifkiyal (Wakil Ketua PC GP Ansor Bandung Barat)