Menanti Jembatan Baru BBS, Penghubung Batujajar - Cihampelas
Setiap kali melewati proyek pembangunan jembatan BBS baru yang menghubungkan Batujajar dan Cihampelas, saya terkadang nyerocos di depan istri.
"Ini desain akhirnya akan kayak gimana?" tanya saya yang sebenarnya tidak serius bertanya kepada istri.
Saya tahu istri saya tidak tahu apa-apa dan tidak mungkin peduli dengan hal-hal tersebut.
Hanya saja saya kemudian nyerocos bahwa setiap pembangunan infrastruktur di Bandung Barat alangkah baiknya tidak boleh lagi hanya mengedepankan fungsi, tetapi juga harus memperhatikan estetika.
Hari ini Kabupaten Bandung Barat dan beberapa wilayah di dalamnya sangat butuh terhadap infrastruktur yang bisa menjadi simbol dan ikon kewilayahan. Agar setiap orang yang mampir, lewat, dan berkunjung bisa mengenal dan mengenang wilayah-wilayah di Bandung Barat.
Kota Bandung misalnya, dengan cukup membuat gambar atap gedung sate, atau membuat tiang-tiang jembatan Pasopati, orang bisa dengan mudah mengidentifikasi bahwa gambar tersebut menunjukan identitas Kota Bandung atau Jawa Barat meskipun tanpa ada tulisan Bandung dan Jawa Baratnya.
Kota Surabaya, dengan hanya membuat desain Hiu dan Buaya yang sedang bergumul, orang-orang sudah bisa menebak itu adalah Kota Surabaya.
Dan di Kabupaten Bandung Barat, hari ini infrastruktur yang bisa menjadi ikonik belum ada.
Suatu ketika, di salah satu grup organisasi keagamaan di Kabupaten Bandung Barat akan diadakan suatu kegiatan. Logo kegiatannya disaimbarakan dengan catatan harus menggambarkan Kabupaten Bandung Barat. Saya tertarik untuk ikut membantu membuat logo. Tapi yang menjadi sulit kemudian adalah mencari inspirasi seseuatu yang bisa menjadi simbol Kabupaten Bandung Barat.
Opsi-opsi yang muncul di kepala saya diantaranya atap Boshca dan atap Kantor Bupati, lalu apalagi? Bingung. Sementara infrastruktur tersebut menurut saya sampai saat ini tidak atau mungkin belum identik dengan Kabupaten Bandung Barat.
Bangunan Boshca meskipun masuk dalam logo resmi Kabupaten Bandung Barat menurut saya bagi kalangan anak zaman sekarang tidak begitu dikenal. Apalagi Boshca terletak di tempat nyingkur di Kecamatan Lembang yang berbatasan dengan Kota Bandung. Tidak banyak orang yang tahu Boshca untuk saat ini.
Begitu pula dengan Atap kantor Bupati. Meski menurut saya desainnya cukup unik, tapi tidak begitu familiar di kalangan masyarakat. Khususnya bagi kaum mager di pelosok. Sebab komplek perkantoran Bupati lokasi tidak di jalur strategis yang dilalui banyak orang. Tidak banyak orang yang dapat melihat, kecuali orang setempat dan orang-orang yang punya urusan ke Pemda.
Dulu ketika flyover Tol Padalarang dibangun, saya sempat punya harapan agar desainnya unik. Sebab posisi flyover tersebut tepat di jalur sibuk seperti akses Kota Baru Parahyangan, Cianjur-Sukabumi, Cimahi, Tol Jakarta-Bandung, dan akses menuju Pemda.
Namun harapan saya punah setelah melihat hasilnya yang hanya sebuah jembatan polosan saja.
Saya tahu, bahwa untuk mengejar estetika pun perlu ada tambahan biaya. Sementara anggaran yang tersedia mungkin terbatas. Tapi kenapa tidak untuk sedikit memaksakan, toh untuk branding Kabupaten Bandung Barat juga kan?