Dikatain Gila Oleh Orang Arab
Foto ini mengingatkan saya pengalaman mendaki Jabal Nur dan dimaki oleh orang arab setempat atas sesuatu yang tidak saya ketahui.
Ceritanya ketika rangkaian ibadah haji selesai, saya, istri, dan ketiga adik ipar memanfaatkan waktu sisa untuk ngubek mengunjungi berbagai tempat di kota Mekah.
Salah satu yang kami kunjungi adalah Jabal Nur, Gunung yang di puncaknya ada Gua Hira.
Jauh-jauh hari kami berdiskusi untuk kunjungan ke tempat ini. Mandeg mayong untuk menentukan waktu yang pas. Sebab menurut berbagai sumber, mendaki gunung ini butuh fisik yang paripurna, apalagi jika dilakukan siang hari di bawah terik matahari arab yang menyengat.
Akhirnya setelah berbagai pertimbangan, adik ipar perempuan saya memilih ikut pendakian bersama rombongan lain dengan berangkat setelah shalat isya dan pulang dini hari. Ia memilih menghindari cuaca siang hari.
Sementara saya, istri, dan dua adik ipar laki-laki memilih melakukan pendakian mandiri pada dini hari. Kami memilih waktu ini dengan alasan tubuh lebih fit karena baru bangun istirahat, cuaca masih sejuk, dan bisa menyaksikan matahari terbit serta suasana Jabal Nur di siang hari.
Singkat cerita pada dini hari, kami berangkat dengan taksi. Kita sampaikan pada supir taksi bahwa kita ingin ke Jabal Nur untuk menuju Gua Hira.
Dari wajahnya, supir taksi ini adalah orang Bangladesh atau semisilnya. Ia nampak sudah memahami jalan. Sebab saya ingat ia cekatan membawa kendaraan dan mengambil jalan tikus untuk menuju tempat yang kami maksud.
Hanya saja setelah beberapa waktu, kemudian kendaraan berhenti di tempat sepi dan gelap. Ia bilang sudah sampai.
Saya sempat tertegun, agak ragu untuk turun. Sebab tempat yang kita datangi sepi dan gelap meski banyak rumah di sekitarnya. Namun kala itu saya masih dapat melihat di depan saya ada tanjakan dan anak tangga yang begitu curam memanjang ke puncak gunung di depan kami.
Sang sopir tetap bilang pada kami bahwa kita telah sampai di tujuan, dan dengan isyarat, ia menunjuk tanjakan yang ada di hadapan kami adalah jalan pendakiannya.
Akhirnya kami pun turun dan membayar (seingat saya) 25 SAR.
Tapi setelah turun, kami bingung, agak clingak clinguk. Terasa janggal dengan suasana sepi. Hingga kemudian ada seorang warga di sana yang menghampiri, dan berkata dengan nada tinggi, "Hal anta majnun? bla.. bla.. bla.."
Saya tetap tenang sambil berusaha memahami apa yang ia maksud dengan ucapannya, namun intinya marah. Saya kemudian bilang "uriidu ila ghar hira, aiynat thoriiq.."
"anta majnun?" katanya lagi sambil melotot dan telunjuk jarinya diarahkan ke kepalanya sendiri mengisyaratkan agar saya pakai otak.
"la.. lastu majnun," kata saya.
"Anta majnun!" katanya sambil nunjuk saya marah-marah.
Cukup panjang dia ngomel-ngomel. Hingga akhirnya dia nanya apakah saya bisa baca, dan saya jawab bisa.
Saya disuruh melihat papan pengumuman besar di depan saya yang sebelumnya tidak saya sadari.
Di sana tertulis bahwa jalur pendakian tersebut sudah ditutup dan dilarang untuk mendaki di sana. Tertulis juga bahwa untuk menuju gua hira harus menggunakan jalur baru.
Sampai sini, saya baru faham apa yang dimaksud. Kenapa ia marah-marah.
Untungnya, sopir taksi yang mengantar kami tidak langsung pergi. Ia memperhatikan perdebatan saya dengan orang arab tersebut. Seketika saya hampiri.
Saya bilang kepada sopir, "Akhi.. laisa huna bitoriqis shahih ila ghar hira, mamnu," kata saya sambil menyilangkan tangan.
Si sopir ini tidak bilang apa-apa, cuma memberi isyarat kami untuk masuk kembali. Ia lantas membawa kami ke jalan besar. Sopir kemudian bertanya ke orang di pinggir jalan untuk menuju Gua Hira. Setelahnya kami dibawa ke tempat yang terang benderang, gemerlap, modern, dan banyak toko serta bangunan-bangunan unik.
Dan kami diturunkan di sana, "At-Thoriq al-Jadiid ila Ghar Hira."
Saya beri tambahan 5 SAR, karena ia sudah baik dan mau bertanggung jawab. Sopir sempat menolak karena ia sadar akan kekeliruannya, namun saya tetap memberikannya uang tambahan.
Intinya, sopir tersebut kurang update. Ia tidak tahu bahwa ternyata beberapa bulan sebelumnya telah dibuka akses jalan baru menuju gua hira yang lebih modern dan landai untuk didaki.
Kita akan disambut toko-toko dan juga ada sebuah museum/pameran yang menampilkan sejarah Rasulullah dan Gua Hira.
Perjalanan Gua Hira dan Museum mungkin akan saya ceritakan kemudian.
Posting Komentar