Antara Zainu dan Senyuman
Sudah tiga bulan berlalu sejak Zainu lahir. Dan sejak itu pula saya suka mengajaknya ngobrol. Meski saya tidak tahu apakah Zainu mengerti atau tidak dengan apa yang saya obrolkan.
Yang jelas jawabannya bukan tentang iya atau tidak. Sebab mau dibilang mengerti jelas bukan. Dan dibilang tidak mengerti juga bukan.
Karena sepertinya yang sedang berjalan ketika saya sedang mengobrol pada Zainu saat ini adalah proses.
Saya sering bingung, harus darimana saya mengenalkan dunia ini kepada Zainu. Sedangkan ada banyak hal di dunia ini yang tidak mungkin saya catat satu persatu. Ada banyak kata, ada banyak suara, ada banyak rupa, ada banyak rasa dan lain sebagainya.
Bahkan sampai hari ini pun, untuk mengenalkan diri saya padanya saja rasanya belum beres-beres. Pedahal hampir berulang-ulang saya bilang, "Ini ayah" (sambil menepuk dada saya sendiri di hadapannya). Kemudian saya bilang lagi, "Ini Zainu" (sambil mengusap dadanya lembut).
Entah kini ia sudah tahu siapa saya atau belum, dan siapa pula dirinya. Lagi-lagi, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa yang berjalan antara saya dan Zainu adalah proses.
Buktinya ketika saya datang dan memperlihatkan diri saya di hadapan Zainu, ia sering excited sumbringah. Ia mungkin tahu bahwa yang datang adalah orang yang selalu mengajaknya ngobrol. Bahkan ia sudah familiar dengan suara saya.
Ketika saya suruh senyum, maka ia langsung senyum. Bahkan ketika sedang bobo pun, Zainu masih bisa merespon ucapan saya untuk senyum.