Ketika Istri Ingin Jual Yamaha Byson Kesayangan!

Ang Rifkiyal
Ketika Yamaha Byson Ingin Dijual Istri - Dilema Motor Gede


Motor ini jarang saya pakai, dan sering kepikiran untuk dijual. Namun selalu gagal karena saya sering berubah pikiran. Entah kenapa saya selalu baper dengan nilai historisnya. Mungkin saya terlanjur sayang dengan motor yang saya beli tahun 2012 ini.


Saat ini saya punya dua unit motor. Pertama Yamaha Byson yang merah ini. Dan kedua Suzuki GSXR 150 yang warna biru. Keduanya motor besar.


Dulu, saat masih bujang. Memakai motor seperti ini memang menambah rasa pede dan meningkatkan rasa percaya diri, khususnya dalam feel berkendara. Sebab motor-motor model gede kadang dipandang memiliki nilai prestis yang tinggi.


Namun saat sudah menikah seperti sekarang, motor gede seperti ini malah jadi ribet. Kita dihadapkan pada rutinitas boncengan istri, anak (jika sudah ada) dan barang bawaan.


Dulu misalnya saat awal menikah, saat masih hidup nomaden (pindah-pidah), bolak balik rumah orang tua atau ke rumah mertua terasa ribet dengan menggunakan motor seperti ini. Sebab pas pindah-pindah, saya dan istri pasti bawa barang banyak. Misalnya pakaian dan perlengkapan sehari-hari yang bejibun.


Saya selalu bawa tas gendong besar yang saya taruh di depan. Sementara istri juga menggendong tas gendong besar sambil dibonceng di belakang. Belum lagi kalau ada harpes atau kantong kresek. Rasanya lengkap banget penderitaan saat berkendara.


Kini saya memang sudah punya mobil. Jadi masalah ini sudah sedikit teratasi. Apalagi saya sudah cenderung hidup menetap. Tidak seperti awal menikah yang baru beberapa hari sudah mau pulang. Demikian pula dengan istri.


Hanya saja saat belanja ke pasar, saat beli tabung gas, saat ngisi galon, dan lain semisalnya, bila memakai motor model gede seperti ini masih saja ribet. Bahkan mungkin tidak bisa sama sekali. Mau pakai mobil pun kadang aksesnya terbatas, atau terasa kararagok dan rarigid.


Akhirnya saya dan istri kepikiran untuk beli motor matic.


Istri menyarankan saya untuk menjual salah satu motor model gede. Kemudian uang hasil penjualannya dijadikan tambahan untuk membeli motor matic baru. Sementara saya masih pikir-pikir. Kadang saya setuju dengan ide istri saya ini, tapi kadang saya juga tidak setuju karena masih mencintai dua motor gede saya.


Akhirnya saya bilang ke istri untuk membeli motor baru tanpa harus jual motor gede. Dalam arti nambah motor lagi.


Apesnya saya. Ide ini justru jadi sumber ceramah istri saya. Saya harus mendengar omelan istri yang membuat saya ciut. Ia bilang, buat apa kebanyakan motor? Malah nambah biaya pajak! Apalagi motor gede boros! Motornya udah jadul pula banyak yang rusak! Bla bla bala.


Sedih lah kalau diceritakan. Jika saya adalah sosok Sinchan dalam film kartun, mungkin saya akan pundung dengan cara berbalik badan sambil duduk jongkok memeluk lutut di pojokan.


Tapi namanya hobi motor, saya berusaha ngeyel. Saya bilang ke istri berbagai dalil yang rumit. Intinya saya masih sayang sama dua motor saya itu. Dan saya berharap istri saya mau berbagi hati.


Saya putuskan, saya mau benerin dua motor itu. Saya mau modif dan reparasi. Saya bilang dari pada beli motor baru yang harganya mencapai 20 juta, mending modif motor lama yang biayanya bisa dibawah 2 juta.


Istri saya kemudian mengalah, ia akhrinya ikhlas dengan keputusan saya. Meskipun lirikan matanya selalu terlihat antagonis saat memandang motor saya itu. Mukanya cemberut, bibirnya manyun beberapa senti.


Saya belanja ban IRC seharga 250rb, beli headlamp 500rb, beli accu GS 150rb, beli polaris speedometer 30rb, betrak-betruk 100rb. Alhamdulillah kini sudah terpasang di motor byson.


Sisanya, saya masih akan belanja tuas rem depan, bohlam depan LED, ganti seal shock depan, ganti kampas rem belakang, ganti stang fatbar, beli dudukan spion dan lainnya :D

*Jangan lupa komen di bawah ya!